Widget HTML Atas

Klik Tombol Dibawah Untuk Support Kami

Creepy Short Story: Jeff or Jack?


... Haaah... haaah... (Suara nafas ter-engah engah)
“Mau lari kemana kau Jack, dimana kau serangga kecil, ayo mainkan musik Pop Goes The Weasel bodohmu itu !”
“Aku tahu kau bersembunyi di sini..”
“Oooh, aku melihatmu nyamuk kecil”
“Selamat tinggal, badut menyedihkan”
*****

5 hari yang lalu...
Pukul 01.00

Di malam mencekam ini, aku berjalan senidirian menyusuri jalanan. Terlihat sangat sepi, tentu saja, sekarang pukul 01.00 malam. Aku menggerakan kakiku menyusuri jalanan menuju ke bar terdekat.
Saat ku sampai, kupesan vodka dingin kepada bartender. Kubaca koran tentang pembunuhan. Namun, judul koran tersebut membuatku sedikit tertawa. Bagaimana tidak? Dikoran tersebut bertuliskan.
“Berhati – hatilah pada malam hari, Pembunuh Kegembiraan Masih Berkeliaran”
Lucu bukan? Pembunuh Kegembiraan? Nama konyol macam apa itu. Jika nama itu dikarenakan kematian korbannya yang gembira, itu menjadikan nama itu semakin konyol.

Kuputuskan untuk pulang setelah vodka yang kutengguk habis.
Aku berjalan seperti orang gila disini, melambai – lambaikan tanganku.
Dengan penglihatan buram, kulihat orang berjaket putih, berwajah putih. Namun, mempunyai senyuman yang sangat lebar. Sangat lebar untuk ukuran manusia, bibirnya berwarna warna yang tak asing bagiku. Darah, ya, darah, warnanya merah darah. Walau aku masih dalam keadaan mabuk, aku masih bisa melihatnya menggenggam pisau belati. Walau aku masih setengah sadar, aku sangat ketakutan, ketakutan menjalar ke semua tubuhku, kegelisahan masuk ketubuhku hingga ke tulang – tulang. Dan kulihat dia menuju kemari dan menjulurkan pisaunya kepadaku.
Dan aku... Terpejam... Kata terakhir yang kudengar adalah
“Selamat tidur untuk selamanya”
Dia mengatakannya dengan penuh senyuman menakutkan.
Muncul di surat kabar
“Seorang pemabuk, tewas ditikam dengan pisau belati dan dibiarkan begitu saja”
*****

3 hari lalu. Pukul 06.00
Sebagian waktu – waktuku yang membosankan kuhabiskan di sekolah. Aku adalah anak yang haus akan perhatian, dari orang tua maupun teman – temanku itu. Aku selalu dikucilkan oleh mereka, aku dianggap orang asing. Di dalam hatiku, hanyalah terdapat kebencian yang mendalam.

Orang tuaku hanya mementingkan tugas – tugas mereka. Aku menangis dalam kegelapan kamarku. Kalian tak akan bisa merasakan apa yang kurasa. Aku ragu kalian bisa. Kau tahu? Apakah ada orang tua memaki – maki dan mengolok – olok anaknya sendiri hanya karena anaknya berbicara dengan teman khayalannya.
Itulah hiburanku aku hanya terhibur dengan perhatian orang lain.Aku tak pernah terhibur oleh orang tuaku maupun temanku.

Biar kuberitahu kau, temanku ini bernama The Laughing Jack. Memang aneh namanya. begitu juga perawakannya, tinggi, memiliki hidung runcing, memiliki bulu – bulu di bahunya, dan bajunya seperti badut namun tak berperut buncit, tubuhnya didomininasi dengan warna hitam dan putih. Namun aku mengabaikan itu semua, karena hanya dia satu – satunya teman bicaraku.

Malam ini dia datang, seperti biasa dia muncul dengan musik yang tak asing lagi. Pop Goes The Weasel, itulah musik yang sering ia mainkan. Mungkin, menurut orang lain sangatlah menakutkan, berbeda denganku.
Dia sudah mengunjungiku selama seminggu. Saat kami berbincang, aku sudah berada di karnaval. Sangat indah. Dia bekerja disitu, dia bekerja dengan penuh senyuman. Anak – anak sangat menyukai jack. Seperti biasa, setelah kami berbincang bincang. Dia menanyakan padaku dengan senyumannya “maukah kau bersamaku selamanya ?”
Dan selalu kujawab tidak, dengan alasan aku masih mau bersama orang tuaku. Dia berkata
“Besok, ajaklah orang tuamu berbincang – bincang atau bermain.”
Karena dialah temanku satu – satunya, kuikuti sarannya.

Besoknya hal yang kutakutkan datang. Orang tuaku membentak – bentakku untuk alasan bahwa mereka sibuk. Namun, kali ini berbeda. Mereka menamparku dengan tamparan sangat keras hingga meninggalkan bekas. Aku menangis seharian dan mengurung diriku di kamar. Aku terus berada di kamar hingga malam tiba tuk menunggu Jack datang.
Waktu yang kutunggu – tunggu akhirnya tiba, Musik Pop Goes The Weasel sudah terdengar seiring kemunculannya. Dan seperti biasa, aku sudah berada di karnaval. Namun dia langsung menanyakanku.
“Aku tahu kesedihanmu, jadi ikutlah denganku”
“Iya, bawa aku ke kegembiraan”
Tiba – tiba, karnaval yang indah itu menjadi sangat menyeramkan, seperti semua kegembiraan telah dimakan kegelapan. Dan dia berkata dengan seringai mengerikan
“Baiklah aku akan membawamu... Ke duniaku”
Entah kenapa dadaku, dadaku terasa sakit tak tertahankan
Dan kulihat, pancuran cairan merah keluar dengan derasnya
Aku mulai pusing
Dan semuanya terasa mulai gelap.... dan aku baru sadar bahwa karnaval itu hanyalah ilusi jack. Setelah ia membenamkan tangannya, semua normal, kulihat keadaan kamarku seperti biasanya.
Tapi tunggu, sepertinya ada yang berusaha masuk dari jendela
Ah sudahlah, itu tak penting, dan sekarang aku menyadari sesuatu.
“Memiliki teman ternyata menyakitkan.”
*****

Jeff, nama yang tak asing bagi polisi, nama yang selalu menghiasi laporan – laporan pembunuhan. Jeff, seorang remaja yang berubah menjadi seorang psikopat. Berjaket putih dan berambut panjang lengkap dengan seringai lebar dari mulutnya yang sangat lebar dan panjang untuk ukuran manusia dan pisau di tangannya.
Sambil menyusuri jalanan yang hanya berpenerangan lampu jalan yang remang – remang, Jeff, yang berjalan sempoyongan dengan membawa dua botol vodka yang dia dapat dari korbannya di bar.
“Lumayan juga minuman ini, jam berapa sekarang?”
Sambil mengambil jam tangan di sakunya yang berisi pemantik api, rokok, dan tentunya sebilah pisau dan sebuah pisau lipat. Dia berjalan ditemani bersama kegelapan dan nafsu untuk membunuh.
Tibalah dia di rumah gelapnya. Kalian pikir rumah jeff penuh dengan potongan tubuh dan darah bukan? Tidak, Jeff bukanlah seperti itu, rumahnya bersih. Jeff, kuakui kau, kau sangat berbeda dengan pembunuh lainnya. Tidak terlalu besar.
Dan dia terbaring lemah, di ranjang kesayangannya.
Malam berikutnya, ya seperti biasa. Menyusuri jalanan sendirian sambil mencari korban. Begitulah cara Jeff melewati malamnya.
Ah, sudah hampir tengah malam. Namun Jeff belum menemukan apa – apa. Hampir berjam – jam ia berjalan, ia temukan sebuah rumah besar dan gelap.
“Tempat berkreasi yang tepat”
Masuklah Jeff melalui jendela. Jeff terbelalak melihat anak kecil yg tak bernyawa tergeletak di kamarnya.
“Ah, sialan. Mungkin ada seseorang di rumah ini.”
Setelah kata itu terlontar. Kamar yang ditempatinya sekarang berubah menjadi karnaval yang tak terabaikan. Tenda – tenda kosong, wahana – wahana rusak, dan pondok permainan yang rusak.
“Diamana aku? Dan tempat menyedihkan apa ini?!”
Tiba – tiba, terdengar oleh Jack musik Pop Goes The Weasel yang aneh. Jeff seperti terhipnotis dengan alunan nada itu. Nada yang mudah dihafal oleh siapapun. Jeff mengikutinya hingga tiba di tengah karnaval. Oh, jeff seperti merasakan ada seseorang disitu. Tentu saja, Jeff memiliki insting hewan yang sebelumnya ia gunakan untuk membunuh semua orang di aula yang gelap.
“Hey, keluarlah kau, aku tahu disini ada orang”
“Hey pengecut, keluarlah!”
Tiba – tiba, orang yang Jeff bentak keluar dan menyerang Jeff. Betapa untungnya Jeff dan menangkisnya. Dilihatnya orang jangkung berambut hitam panjang, berhidung kerucut, memakai celana longgar, kaos kaki belang hitam dan putih, dan semua warna ditubuhnya warna belang hitam dan putih. Dia selalu tersenyum.
“Oh, kau rupanya. Aneh sekali kau nyamuk, namun kau mengingatkanku tentang diriku.”
“Senyumanmu, begitu indah seperti dengan milikku. Namun, akan kuhiasi agar lebih baik dengan menggorok kepalamu.”
Ketika Jeff mengayunkan pisaunya, Orang tersebut bergerak sangat cepat seperti teleportasi. Dan Jeff belum menyadari dia dibelakangnya. Jeff lalu dibanting hingga terpental. Ditemukanlah sebuah poster dengan gambar mirip orang tersebut berserta nama “The Laughing Jack”.
Jeff berusaha tuk bangkit. Makhluk itu sudah berada didepannya.
“Hey Jack, namamu Jack kan? The Laughing Jack kan?”
Tanpa menggubris pertanyaan Jeff, dia langsung meluncurkan tangan dengan kuku tajamnya. Untung Jeff bisa menangkisnya dengan cepat sehingga hanya tangan kirinya saja yang tergores. Jeff terus melawan dengan pisau tajamnya.
Berkali – kali Jeff menyerang, selalu dapat ditempis oleh Jack. Dan akhirnya, darah hitam menyucur keluar dari lengan kanan jack karena pisau Jeff. Jack menahan rasa sakit sambil memegangi lengan kanannya.
“Apa kau menangis badut?”
Entah secepat apa, tiba – tiba jack berada di belakang Jeff. Jeff terlambat untuk menoleh kebelakang sebelum Jack melontarkan tubuh Jack dengan sangat keras hingga suara dari tulang Jeff yang patah.
“Hanya itu yang kau bisa hah? Tamparan nenekku lebih baik dari bantinganmu bajingan.”
Tanpa bosa – basi. Jack memukuli Jeff bertubi – tubi hingga Jeff tergeletak dan pisaunya terlempar.
“Hei nyamuk, kita belum selesai.”
Jeff bangkit dengan darah mengalir dari mulut dan kepalanya. Baru saja Jeff bangkit, Jack sudah memukul Jeff dengan pipa. Jack membiarkan tubuh Jeff karena luka yang dideritanya.
“Aku masih bisa melawanmu sialan, jangan anggap aku seperti orang yang kau bunuh.”
Jack mencekik Jeff hingga Jeff kesulitan bernafas. Pada saat itulah, Jeff teringat kan pisau lipatnya. Ia ambil dan ia tusuk – tusukan ke wajah Jack. Belum cukup, Jeff menebas wajah Jack hingga cairan hitam keluar dari luka – luka itu.
Jack, Jack memang pengecut. Dia berlari bukan berteleportasi. Jeff mengambil pisaunya dan mengejarnya walau ia terlihat tidak mampu.
“Dimana kau nyamuk?”
Jack melupakan satu hal. Darah dari tubuhnya memberitahu Jeff akan keberadaannya. Jeff lalu menebas jack yang tengah bersembunyi. Lengan Jack putus meninggalkan darah hitam yang sangat banyak.
Dengan suara terengah – engah Jack berlari.
“Mau lari kemana kau Jack, kesini kau serangga kecil, ayo mainkan musik Pop Goes The Weasel bodohmu itu !”
Dengan putus asa akhirnya Jack, terbaring di tanah, tergeletak tak berdaya di tanah.
“Huft.. Akhirnya kau berhenti.”
“Seperti inilah jika kau berhadapan denganku.”
“Baiklah, Selamat tinggal, badut menyedihkan”
Jack pun tak bergerak setelah pisau Jeff menusuk dada Jack.
“POP GOES THE WEASEL, hahah, kenapa aku masih menyanyikan lagu itu? Ah, masa bodo.”
*****
Kutipan koran
“Ditemukan 2 mayat di sebuah kamar, mayat bocah berumur 12 tahun dengan mayat seorang badut yang aneh”

Huh, Jeff apa yang kau lakukan sekarang ini? Saudara yang merepotkan...

2 comments for "Creepy Short Story: Jeff or Jack? "

  1. Sangat menyeramkan memang. Dengan konteks cerita yang lompat2. Saya lebih suka dua tema cerita di awal. Saya hampir tidak melewatkan setiap kata saat membacanya.

    ReplyDelete
  2. Sebagian kronologi ceritanya sehingga membuat efek seremnya kurang dapet tp pembukanya cukup menegangkan

    ReplyDelete

Post a Comment