Widget HTML Atas

Klik Tombol Dibawah Untuk Support Kami

Creepy Short Story: The Perfect Girl

Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih, strip dan dalam ruangan

Creepy Short Story – The Perfect Girl

Pada suatu musim panas, ada seorang gadis yang pindah ke sebelah rumahku. Dia tinggal bersama ibunya dan tak punya banyak uang. Ayahnya telah pergi meninggalkan mereka setahun sebelumnya. Dia adalah warga baru di kota ini dan nampak sulit baginya untuk menyesuaikan diri. Walaupun kami berdua berasal dari latar belakang yang berbeda, dia dan aku menjadi teman. Kami tidak begitu dekat, tapi aku sering berkunjung ke rumahnya dan kami akan saling berbicara.
Ketika aku memandangnya, aku tahu bahwa dia adalah gadis yang sempurna untukku. Sayangnya, dia tidak merasakan hal yang sama. Dia tertarik dengan laki-laki yang tampan dan percaya diri. Jelas aku bukan tipenya, jadi aku memutuskan untuk menunggu.
Dia tak punya banyak teman untuk diajak berbicara, jadi dia menceritakan rahasianya padaku. Kebanyakan, dia akan mengeluh tentang hidupnya, menceritakan padaku tentang ibunya yang memukuli dia, tentang gadis-gadis lain di kelasnya yang tak menganggap dirinya. Dia juga menceritakan padaku tentang lelaki yang disukainya. Dia sangat populer di kalangan para gadis di sekolah.
Ketika dia menceritakan tentang masalahnya, aku hanya duduk dan mendengarkan.
Suatu hari, dia berhenti datang ke sekolah. Ternyata, alasannya karena dia sering dibully. Dia menceritakan padaku bahwa salah satu gadis yang populer di sekolahnya mengetahui bahwa dia menyukai pacarnya. Gadis populer tersebut beserta teman-temannya akan membully-nya setiap kali mereka melihat dia. Dia berkata bahwa mereka akan menyebarkan rumor keji tentang dirinya ke teman sekelasnya yang lain dan itu membuat hidupnya terasa seperti mimpi buruk.
Aku hanya tetap diam dan mendengarkan sementara dia menceritakan masalahnya.
Kelakuannya mulai berubah setelah dia masuk SMP. Dia sering keluar rumah pada malam hari, merokok dan minum-minum alkohol. Aku mendengar rumor bahwa dia mengonsumsi narkoba juga. Dia jatuh ke pergaulan yang buruk dan bahkan pernah sekali ditangkap polisi.
Kehidupan di rumahnya bahkan bertambah semakin buruk dan dia sering bertengkar dengan ibunya di tengah malam. Semua gadis di sekolah membencinya. Seseorang menyemprotkan grafiti di seluruh dinding rumahnya, memanggilnya dengan sebutan yang tak mengenakan dan mengatakan hal-hal yang menjijikkan tentangnya. Seseorang bahkan membunuh kucing peliharaannya dan memasukkan bangkai kucing itu ke dalam kotak surat rumahnya.
Akhirnya, gadis itu dikeluarkan dari sekolah saat SMA. Dia menjadi penyendiri dan mengurung diri di kamarnya. Dia berhenti berbicara dengan ibunya dan menjalani hidup tanpa meninggalkan kamarnya. Dia jarang keluar bahkan untuk makan. Dia terlihat pucat, sakit-sakitan, dan sangat kurus. Ibunya menaruh makanan di luar pintunya. Dia hanya akan keluar ketika dia mau menggunakan toilet atau di tengah malam ketika ibunya sudah tertidur. Hidupnya sangat menyedihkan.
Aku pergi menengoknya untuk pertama kali setelah lama tak bertemu. Dia tidak mau keluar dari kamarnya untuk bertemu denganku dan walaupun aku berteriak lewat lubang kunci, dia menolak untuk menjawab. Ibunya memberikan semangkuk sup padaku untuk dibawa ke kamarnya yang berada di lantai atas. Aku melihat dirinya sekilas ketika dia membuka pintu untuk mengambilnya. Dia pucat, letih, lesu dan kurus kering. Dia terlihat seperti kain basah yang telah diperas.
Aku pergi menengoknya setiap hari. Setelah beberapa saat, gadis itu mulai berbicara padaku dari balik pintu. Dia menceritakan padaku bagaimana dia tak henti-hentinya bertengkar dengan ibunya dan semua teman lamanya telah melupakannya. Dia menceritakan padaku bagaimana dia terjatuh ke pergaulan yang buruk dan pergi keluar rumah dengan orang-orang itu di malam hari, mencuri, mengonsumsi narkoba, dan terlibat masalah. Dia menceritakan padaku bagaimana dia ditangkap oleh polisi karena mencuri dan dia punya catatan kriminal.
Dia menceritakan padaku bagaimana awalnya ibunya mencoba untuk menolongnya, namun dia tidak mau mendengarnya, ibunya mulai marah dan memukulinya. Hidupnya menjadi tak tertahankan. Dia ingin mati dan dia memberitahuku bahwa dia telah sering melakukan aksi bunuh diri dengan cara menyayat pergelangan tangannya.
Seperti hari-hari yang lalu, dia terus berbicara padaku dan aku hanya mendengarkannya. Kapan pun dia bertanya pendapatku, aku hanya mengangkat bahu atau berkomentar sebaik mungkin.
Seiring berjalannya waktu, perasaan gadis itu mulai membaik. Dia bahkan memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Nampaknya semua hal menjadi lebih baik dan masa depannya terlihat positif. Ibunya menangis terharu dan berterima kasih padaku sebesar-besarnya.
Suatu hari, dia pergi ke atas atap sebuah apartemen tetangga dan melompat. Bangunan itu tidak terlalu tinggi dan dia mendarat di semak-semak. Mungkin itulah yang menyelamatkan hidupnya. Walaupun begitu, sum-sum tulang belakangnya terluka dan dia lumpuh dari leher sampai kaki. Dokter mengatakan bahwa dia harus menghabiskan sisa hidupnya di kursi roda.
Ketika dia keluar dari rumah sakit, aku pergi untuk menengoknya. Dia sedang berbaring di atas tempat tidurnya, tidak mampu bergerak. Dia terus meminta maaf padaku dan dia tidak bisa berhenti menangis. Dia berkata bahwa dia tidak berharap selamat dan mengatakan padaku bahwa dia menyesali semua masalah yang dia timbulkan padaku dan ibunya.
Aku berusaha untuk menenangkannya dan menghentikan tangisnya, tapi sulit rasanya untuk menghibur seseorang yang sedang berbaring. Aku pun memeluknya. Dia meneteskan air mata sampai tubuhnya gemetar. Dia bahkan tidak bisa mengusap air matanya sendiri.

Ketika aku memegang tangannya, aku memintanya untuk menikah denganku.
Dia seperti mengatakan, “Sungguh? Kau serius? Menikah denganku? Sungguh?”
Dia tidak percaya bahwa ada seseorang yang menginginkannya. Aku harus melamarnya beberapa kali sebelum dia percaya bahwa aku serius. Dia menangis dengan sangat keras, air matanya sampai kering. Aku berusaha untuk menenangkannya dan mengatakan padanya kalau aku ingin menikahinya karena aku selalu mencintainya.
Dia adalah gadis yang sempurna untukku. Dia selalu sempurna.
Bahkan ketika dia mengabaikanku dan tidak membalas perasaanku.
Bahkan ketika dia masuk ke pergaulan yang buruk.
Bahkan ketika aku mendengarkan semua masalah bodohnya.
Bahkan ketika dia menjadi sangat kurus dan bersembunyi di kamarnya.
Bahkan ketika aku memberitahu salah satu gadis populer bahwa dia menyukai pacarnya.
Bahkan ketika aku menyebarkan rumor jelek tentang dirinya kepada teman-teman sekelasnya.
Bahkan ketika aku menyemprotkan grafiti di seluruh dinding rumahnya.
Bahkan ketika aku membunuh kucingnya dan menaruhnya di kotak surat rumahnya.
Bahkan ketika sekarang dia terbaring di atas tempat tidur, tak berdaya, lemah dan tidak mampu bergerak.
Bahkan saat ini aku masih mencintainya.
Kau lihat, dia adalah gadis yang sempurna untukku.
Kami akan segera menikah.
.
.
.
END

No comments for "Creepy Short Story: The Perfect Girl"